Diskusi kelas VIII Smp Islam BUdaya |
CERPEN SANTRI
TERJERUMUS OLEH PERGAULAN BEBAS
Oleh : Kelas VIII ( Putra ) Smp Islam Budaya
Mentari hangat mulai menyelimut atmosfer
bumi,itu pertanda untukku segera bangun
dan bergegas sekolah.Dasi biru mulai ku kenakan pada leher ku dan segera merapikan seragamku.ku mencium lembut tangan
kedua Orang tua ku seraya mengucapkan salam untuk pergi sekolah.
Saat ini aku duduk di jenjang SMP kelas9 dan sebentar lagi aku akan lulus.tiap hari penaku tiada henti menari nari di atas kertas, Karena aku berusaha lulus dengan
nilai terbaik.Hingga akhir nya kerja keras ku terbayarkan.Aku Agus milwan lulus dengan nilai tertinggi di sekolah ku.dan ini merupakan kado indah untuk kedua orang tua ku yang bangga pada ku.
Dan kini,aku menginjakkan kaki di sebuah SMK favorit.Seperti biasa di kala mentari menyapa,aku bergegas menyelimuti tubuh ku dengan seragam kebanggaan ini.Dasi yang berubah warna menjadi abu-abu,dengan bangga kukalungkan di leherku.pagi itu hari pertama ku sebagai murid SMK.”ibu ayah aku berangkat dulu ya”pamitku pada mereka.”iya hati-hati nak.Alhamdulillah kamu sekarang sudah besar dan masuk sekolah yang kamu inginkan.Doa ibu dan ayah agar kau kelak menjadi orang yang berguna”kata lembut darinya”Iyaa bu amiin Milwan akan berusaha.”ujarku tibalah kakiku berpijak di SMK ini.Terlihat barisan para siswa yang berdiri kokoh siap untuk memulai harinya.Aku pun mulai melaksanakan LOS dan akhirnya aku resmi menjadi bagian dari sekoah ini.
SMK ini memang sekolah Favorit,akan tetapi setiap sekolah pasti ada segelintir tikus kecil memberi pilu pahit di sekolah.Mereka berjumlah lima orang di kelasku. Sebut saja Joni,Dino,Pace,Temon,dan ketua mereka Syahid. Mereka tikus pengganggu yang kerjanya Cuma bermalas-malasan dan melakukan hal yang dilarang.
Entah kenapa aku tiba-tiba masuk pada dunia mereka. Aku pintar, tetapi aku tidak pandai untuk berkelahi.Saat itu wajahku berubah merah kebiruan akibat di hantam oleh murid sebelah yang tidak menyukai kepintaran ku. Lalu datang lah 5 tikus pengganggu menyelamatkanku dengan menghantam keras orang yang menggangguku tadi.”hai Milwan kamu tidak apa apa?” tanya Dino “iya aku tidak apa-apa makasih ya” ucapku”ahh cupu banget lohhh masa sama semut saja kalah” ejek syahid”mending lo gabung kita ajh deh,soalnya lo bakal selalu di hantui oleh mereka”ajak pace
Entah jarum apa yang merasuki fikiranku sehingga aku bersedia menjadi bagian dari mereka. Rasa terima kasih ku ternyata menjadi sebuah bom untukku. Selama aku sekolah kemanapun aku selalu bersama mereka. Sosok diriku yang biasanya hanya duduk memegang pena di kelas berbalik total. Au tiap hari rutin mengelilingi sekolah dengan mereka dan aku menemukan banyak hal keji baru.”Ehh bro lu mau ini?”kata syahid sambil menunjukan sebuah rokok”itu rokok ya, gk mau ahh takut kecanduan terus sakit”kataku dan semua tertawa “ihh lu cupu banget ya, lohh bisa lihat kan kita baik-baik saja. rokok itu ibarat buku yang harus kita gunakan”kata joni
Yah tentunya aku mulai penasaran dan belajar akrab dengan benda itu. Hingga akhirnya aku tida bisa lepas dari hembusan kotor itu. Tiap hari hubungan kami ber 6 semakin erat. Aku sudah melupakan harapan kecilku di SMK ini. Aku sudah mahir beradu tinju disekolah dan akupun mulai berani membawa rokok ke rumah. Krekk pintu kamar terbuka, “Astaghfirullah Milwan kamu merokok?” kata ibuku terkejut “hehe iya bu Milwan merokok” Kataku dan kemudian ayah datang dan menamparku keras “dasar anak kurang hajar, kenapa kamu merokok? Kamu gk tau itu berbahaya” marah ayahku “Eh yah suka suka Milwan dong ini hidupku! Lagian ngerokok itu gk berbahaya itu hanya mitos lama” geramku” Ya Allah nak kenapa kamu jadi seperti ini, kamu gatau ibu punya penyakit pernafasan akut. Kalau kamu merokok dirumah, entah apa yang terjadi padaku” ucap sedih ibu tetapi aku tidak menghiraukan ucapan mereka dan aku bergegas pergi main karena amarahku. Dan kawanku dengan santai menyodorkan sebuah minuman haram untuk menenangkanku. Gemerlap dunia remaja seolah telah menutupiku. Tiap hari au menyemburan asap rokok ke dalam rumah. Dan aku tidak khawatir dengan batuk ibuku yang tak kujung sembuh. Hingga suatu hari badai dahsyat menghantamku. Ibuku yg menjadi senderan hidupku menghembuskan nafas terakhirnya karena penyakit tersebut. Air mata turun deras menutupiku. Penyesalan yg pasti menempel di benakku. Untaian harapan kecilku untuk ibuku musnah hilang hanya karena sebuah hembusan asap beracun rokok. Masa kejayaan putih abu abu harapanku musnah sudah karena aku divonis terkena kanker tenggorokan. Dan sekarang aku hanya bisa terkulai lemas dibalik selimut tidur ku. Aku tidak tahu lagi apa yg harus aku lakukan. Kilatan kenangan manisku dulu sewaktu SMP selalu terbayang olehku. Rintihan kesedihan hanya bisa terurai dihatiku dikala melihat temanku lainnya sukses mengharumkan nama sekolah dan keluarganya. Dan sebelum aku meninggalkan semua ini, pesanku hanya untuk kaum muda saat ini. Andai mereka merasakan apa yang ku rasakan mereka tidak akan mendekati asap beracun itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar