Artinya: Dan ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat Aku akan jadikan seorang khalifah di
muka bumi. Para malaikat pun bertanya, akankah Engkau jadikan orang yang
berpotensi melakukan kerusakan dan pertumpahan darah itu sebagai khalifah? Padahal
kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-MuAllah SWT berfirman,
aku lebih tahu terhadap apa yang kamu tidak ketahui. (Q.S. Al-Baqarah/2:30)
Misi besar manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah Allah SWT. Untuk itulah
Allah mengamanahkan kepadanya satu amanah yang bernilai tinggi dan mulia.
Amanah besar yang tidak satupun makhluk Allah sanggup mengembannya. Manusialah
satu-satunya makhluk yang sanggup mengemban amanah tersebut. Amanah yang
menuntut pengembannya bertanggung jawab di dalam membangun peradaban bumi
dengan nilai-nilai agama. Di sinilah harkat dan martabat manusia dipertaruhkan.
Amanah yang diembannya menjadi tolak ukur tinggi atau rendah derajat manusia.
Nilai unggul manusia terkait erat dengan konsistensinya terhadap pelaksanaan
amanah tersebut, semakin tinggi pula nilai kmanuisaany. Begitupun sebaliknya,
semakin berani manusia berlakut khianat terhadap amanah tersebut, maka jatuhlah
martabatnya sebagai manusia dengan berpegang pada kaidah agama inilah manusia
harus menjalankan tugasnya sebagai khalifatullah di muka bumi, menciptakan
kehidupan yang manfaat, maslahat, ma’ruf, harmonis, indah dan pantas. Disisi
lain manusia dengan perangkat lahir maupun batinnya, potensial mampu mewujudkan
itu semua. Oleh karenanya merupakan satu kewajaran jika kemudian manusialah
yang harus bertanggung jawab untuk memimpin kehidupan di dunia, sebagai
khalifatullah. Objek kekhalifahan membutuhkan sentuhan tangan terampil
berhiaskan budi, kelembutan hati penuh dengan rasa kasih dan saying yang besar
dan pada wilayah inilah agama akan memainkan perannya yang cukup strategis.
Mengelola alam tanpa memperhatikan nilai agama atau pranata social yang ada
akan berakibat pada timbulnya ketimpangan dan kerusakan. Inilah masa global
yang Allah sangat membencinya. Sekian banyak kecaman bahkan sampai pada ancaman
terhadap pelaku kerusakan, tertera dalam Al-Quran, untuk itulah ajaran agama
diamanhkan pada manusia, agar alam raya ini tetap terpelihara kelestariannya.
Inilah arti sejatinya manusia sebagai khlaifah fil Ardh. Ajaran agama diharpkan
manusia mampu mengelola alam dengan bijak. Alam ini tidak cukup hanya disentuh
dengan kemajuan teknoligi saja. Pengelolaan alam harus juga mendapatkan
sentuhan rasa keimanan dan ketaqwaan manusia kepada rabbu alamin. Perpaduan ang
harmonis anatara tuntunan langit dan nilai-nilai bumi, akan melahirkan sebuah
peradaban manusia yang beragama dan berbudaya. Dengan begitu, setiap gerak laju
pembangunan yang dihasilakn sennatiasa bertumpu pada azas Fil Ardh. Sungguh ini
merupakan jabatan yang sangat tinggi dan begitu terhormat. Namun demikian,
perlu disadari bersama bahwa, tanggung jawab sebagai khalifatullah fil ardh
bukanlah tanggung jawab yang ringan. Amanah yang diembannya adalah amanah yang
sangat berat. Langit, bumi dan juga gunung yang secara fisik terlihat lebih
besar dan kokoh, merasa keberatan dan tidak sanggup mengemban tugas mulia
tersebut. Tidakkah terbayangkan betapa beratnya tanggung jawab manusia menjadi
khalifatullah, dimanan ia harus mampu berfikir kreatif inovatif dan mampu
berbuat dengan arif.
DASAR PEMIKIRAN
Sehubungan dengan tanggung jawab
yang begitu besar. Allah SWT telah menyiapkan manusia sebagai satu-satunya
makhluk yang berpotensi untuk berkembang dan berperadaban. Manusia diciptakan
oleh Allah SWT dengan bentuk fisikyang sangat ideal. Selain kelengkapan organ
tubuh yang sempurna, manusia juga dibekali kelengkapan diri berbentuk spirit.
Inilah modal dasar bagi peningkatan kualitas pribadi. Namun demikian, spirit
yang ada pada manusia tidaklah mampu berkembang dengan sendirinya. Proses
penempaan, pengesahan dan pengasuhan diri secara terus menerus menjadi penentu
perkembangannya. Semakin intensif ia menempa dan mengasah spiritnya, maka
peluang untuk berkembang pun semakin besar. Menyadari akan pentingnya proses
penempaan potensi dasar manusia agar berkembang dengan baik dan tepat, maka
perlu disiapkan saraa khusus yang memadai. Untk itulah kami pengurus Yayasan
Pesantren Budaya Indonesia (YPBI) berkonsentrasi untuk membangun lembaga
pendidikan yang berbasis pesantren. Ada berapa alas an kami memilih untuk
membangun lembaga pendidikan berbasis pesantren tersebut, anatara lain;
Pertama, masyarakat Indonesia sudah mengenal pesantren sebagai sarana belajar
mengajar jah sebelum sekolah formal. Dengan demikian, pesantren merupakan
system pendidikan tertua yang kental dengan akar budaya Indonesia. Jauh sebelum
Islam masuk ke Indonesia, masyarakat yang mayoritas beragama hindu telah
mengenal padepokan. Ia merupakan kawah canda dimuka bagi para cantrek yang
seklaigus berfungsi sebagi pusat transformasi ilmu. Inilah cikal bakal
berdirinya pesantren di Indonesia. Ketiga, pesantren merupakan wahana ideal
intuk bersosialisasi dengan masyarakat. Berkumpulnya kemajemukan warna
kehidupan dalam satu lingkup pesantren menjadi sarana pembelajaran yang sangat
penting, pergesakan budaya, adat-istiadat, tradisi dan gaya hidup yang beragam
di dalam pesantern akan mempercepat proses pendewasaan diri. Setiap saat anak
didik ditempa untuk berproses menjadi insan yang berkepribadian, mandiri dan
toleransi. Mereka diarahkan untuk bias mengambil sifat keteladanan baik dari
guru maupun sesame teman. Inilah nilai lebih dari system pendidikan pesantren,
di mana berlangsung proses pendidikan secara terus menerus. Dengan begitu,
pembentukan karakteristik santri ammpu diwujudkan lebih cepat meskipun harus
tetap berproses secara alami. Miliu pesantren akan membawa santrinya pada sikap
hidup yang bijak, adil tekun, sabar, tawakkal dan ikhlas. Tentunya hal demikian
tidak lepas dari bimbingan seorang pendidik yang bertanggung jawab. Keempat,
sistem pendidikan pesantren mampu menekan biaya pendidikan lebih rendah
sehingga terjangkau oleh masyarakat umum. Hal ini bias dilakukan karena dengan
system asrama banyak pos yang membutuhkan biaya besar dapat dihilangkan. Dengan
begitu pendidikan pesantren akan menjadi alternative bagi masyarakat ditengah
melangitnya biaya pendidikan. Kelima, pesantren adalah satu-satunya pendidikan
yang berbasis budaya Indonesia. Keberadaannya sudah mengakar dan menyatu dengan
nilai budaya masyarakat Indonesia. Sukses sebuah pesantren ditentukan oleh
kemampuannya melakukan pesresuaian dengan nilai-nilai budaya masyarakat
lingkungannya. Dan, hal demikian dapat dilihat dari tingkat partisipasi
masyarakat baik secara individual maupun kolektif. Disisi lain, dinamika
kegiatan pesantren harus berdampak paad perilaku sosial masyarakatnya.
Pesantren adalah cerminan pemikiran masyarakat dalam mendidik dan melakukan
perubahan social menuju kehidupan yang berbudaya dan berperadaban.
Tujuan Didirikan Pondok
Pesantren Budaya
- Mempersiapkan generasi muslim
yang tegar berkepribadian, memiliki integritas amaliah keagamaan yang ilmiah
dan berwawasan ilmiah, amaliah, serta memiliki jiwa pengabdian dan kepeloporan.
- Mengantarkan santri menjadi
pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan terampil di bidangnya
serta berkepribadian luhur (berakhlakul karimah).
- Mempersiapkan generasi bangsa yang mampu menghargai dan menjaga nilai
luhur bangsanya, demi terwujudnya cita-cita pembangunan yang berkesinambungan
Konsep Pendidikan
Pesantren Budaya
Pendidikan adalah kebutuhan
hidup manusia yang asasi. Allah AWT telah menjadikan pendidikan dan pengajaran
sebagai salah satu keunggulan manusia atas yang lainnya. Karena itulah Adam
lebih diunggulkan dari para malaikat. Namun demikian, keunggulan Adam A.S. atas
malaikat tidak hanya ditentukan oleh ilmunya, namun, proses pencapaina ilmu
tersebut ikut menentukan tinggi atau rendahnya derajat seseorang. Allah SWT pun
memberlakukan proses pembelajaran pada Adam. Sebenarnya tidak ada yang slaah
jika Allah SWT langsung menjadikan Adam a.s. berilmu tanpa melalui proses
belajar. Namun Al-Quran memberikan catatan yang berbeda. Adam harus menjalani
tahapan belajar dengan segala problematikanya untuk mendapatkan ilmu. Di era
yang serba instan seperti sekarang ini, segala bentuk persyaratan dalam proses
pencarian ilmu sering diabaikan. Keberhasilan suatu pendidikan, hanya dinilai
dari capaina ilmu yang dikuasainya. Lebih ironis lagi, penguasaan suatu ilmu
hanya diukur dengan gelar kesarjanaan yang bersifat formalistic belaka. Kita
seharusnya belajar dari pengalaman, betapa banyak sarjana yang dimiliki bangsa
ini? Namun kita pun menyaksikan betapa bangsa ini berjalan menuju keterpurukan.
Tentunya hal ini bukan karena ilmunya yang sala. Bukan pula karena sarjananya
tidak berkualitas. Jika penilaian kesarjanaan ada pada angka, maka sarjana
bangsa ini banyak yang mendapat nilai sempurna. Ada yang perlu dicermati lebih
lanjut. Ungkapan Allah SWT mengajar Adam bukan ungkapan tanpa makna. Allah AWT
menginginkan supaya manusia tidak menyepelekan proses mendapatkan ilmu. Itulah
yang menjadi kata kuncinya. Bermakna atau tidak, ilmu yang dikuasai manusia
tergantung pada cara memperolehnya. Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
memiliki makna yang penting dan strategis. Inilah yang menentukan wajah
pengetahuan paar ilmuan,s emua berpulang pada proses pencarian atau cara
memeprolehnya. Mencermati kenyataan di atas, maka kami pengurus Yayasan
Pesantern Budaya Indoensia berupaya untuk membuat sistem pendidikan yang
agamis, ilmiah dan berbudaya. Untuk itulah kami mencanangkan beberapa hal yang
menjadi persyarat pendidikan, juga sarana dan prasarana penunjang keberhasilan
sistem ini sebagai berikut:
- Untuk menunjang keberhasilan pendidikan berbasis pesantren, kami butuh
sarana bangunan berupa:
- Ruang kelas untuk kami menyelenggarakan pendidikan formal setingkat
SLTP.
- Asrama santri dan tempat tinggal guru pendamping santri. Keberadaan
bangunan tersebut sangat penting artinya, karena dari sinilah konsep
epsantren dapat kami jalankan secara maksimal.
- Ruang secretariat pesantren. Dari ruang inilah semua kegiatan pesntren
baik menyangkut kebijakan dalam pesantren maupun yang terkait dengan pihak
luar akan dikendalikan. Disini pula informasi tentang pesantren dapat
diperoleh dengan mudah.
- Tempat tinggal pengasuh pesantren. Ruh dari sebuah pesantren adalah
keberadaan kiayi yang setia membinmbing para santri setiap waktu. Oleh
karenanya keberadaan tempat tinggal pengasuh dalam sebuah pesantren
menjadi satu keniscayaan.
- Ruang peribadatan atau musolah yang menyatu dengan ruang baca dan
perpustakaan. Ruang ini akan kami fungsikan sebagai laboratorium agama dan
pusat transformasi ilmu ala pesantren.
- Dapur umum yang menyatu dengan ruang makan santri. Ruang ini penting
adanya, demi keteraturan santri dan juga untuk mengontrol makanan santri
yang higienis, bergizi dan memenuhi tuntunan halalan tayyiban.
- Ruang koperasi pesantren. Media koperasi akan kami jadikan sebagai
sarana pendidikan santri untuk berorganisasi dan belajar mengatur ekonomi
kerakyatan.
- Areal olahraga. Demi menjaga keseimbangan hidup, santri perlu diajak
untuk berolahraga, menjaga kebugaran jasmani seiring dengan penempaan
nafsani dan ruhaninya.
- Areal bercocok tanam, berkebun dan berternak ikan. Keterlibatan santri
dalam media ini akan lebih mendekatkan santri pada contoh kehidupan bangsa
Indonesia yang sesungguhnya.
Suskses sebuah pendidikan
tidak terlepas dari keberadaan guru sebagai tenaga pengajarnya. Guru sangat
berperan dalam membentuk perwatakan anak didiknya. Bahkan, warna amsa depan
suatu bangsa, terletak pada pubdak guru yang rajin emmpersiapkan generasi muda
sebagai penerus bangsa. Disinilah penringnya guru yang berdedikasi, berakhlakul
karimah, jujur. Cerdas, amanah dan bertqwa. Tenaga pengajar seperti inilah yang
akan kami libatkan dalam pesantren budaya Indonesia.
Strategi pengajaran yang akan
dilakukan oleh pesantren budaya Indonesia mengarah pada terciptanya
karakteristik pendidikan sebagai berikut:
- Menyeimbangkan rasio dan
rohani. System pendidikan yang digunakan pada pesantren budaya Indonesia adalah
system yang mengantarkan santri mampu mengerahkan akal rasionya berperan secara
optimal. Santri akan terus dirangsang untuk mengembangkan ide dan gagasan baru
yang original. Namun demikian, sikap dan perilaku santri harus tetap dalam
kesantunan, selaras dengan norma social dan agama.
- Apresiatif terhadap prestasi.
Sikap yang apresiatif terhadap pencapaian prestasi akanmemnumbuhkan semangat
baru untuk lebih amju dan berkembang lebih jauh. Dengan demikian,
penghormatan/penghargaan kepada seseorang tidak dilakukan dengn cara yang radikal
dan tanpa alas an yang tepat.
- Kreatif dan inovatif.
Pendidikan di YPBI akan mendorong sikap kreatif dan inovatif. Penggalian
terhadap hal-hal baru harus terus dimunculkan sebagai bentuk tanggung jawab
pendidikan. Namun demikian, munculnya hal-hal baru tersebut harus memiliki
nilai pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.
- Perhatian terhadap nilai
tradisi mempertahankan tradisi lama yang masih baik sama pentingnya dengan
menghadirkan hal baru yang lebih baik lagi. Dalm hal ini, unsur manfaat dan
maslahatlah yang menjadi penentu lestari atau tidaknya sebuah tradisi.
- Menerapkan pendidikan
Aplikatif. Pendidikan di YPBI lebih menampilkan keteladanan. Menyampaikan
informasi yang bersifat audio harus sejalan dengan realitasnya. Tidak
seharusnya anak didik mendapatkan ajaran yang sama sekali tidak ia dapatkan
contoh dalam kehidupan kesehariaanya.
Nama Sekolah dan Usia Calon
Santri Pendidikan pesantren yang dimaksud akan ditempuh selama tiga tahun untuk
tingkat SMP. Nama sekolah SMP yang dibangun oleh YPBI adalah Smp Islam Budaya
(SMP IBU). SMP IBU akan mangikuti kurikulum dari diknas. Calon santri yang akan
di terima adalah lulusan SD/MI dengan usia minimal sebelas tahun.
- Dewan Pengasuh Dan Pengajar
Pengasuh bersifat kolektif
yang dikoordinasikan oleh Ketua Dewan Pengasuh. Dewan pengasuh akan mengangkat
pendamping santri untuk membimbing dan mengawasi santri agar tumbuh dan
berkembang sebagaimana diharapkan. Dewan Pengasuh juga mengangkat para pengajar
yang kompeten di bidangnya sesuai dengan kebutuhan.
- Kualifikasi Lulusan dan Kemampuan
yang diharapkan
- Mampu berkomunikasi dengan bahasa arab dan bahasa inggris dengan
baik.
- Mampu membaca kitab-kitab klasik (kitab kuning).
- Mampu menjawab persoalan umat baik menyangkut muamalah atau
syariah
- Mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
- Hafal ebberapa surat Al-quran sesuai dengan kebutuhan dalam
masyarakat.
- Memiliki integritas moral yang tinggi (berakhlakul
karimah).
- Mampu mengahargai dan menjafa nilai baik budaya leluhur
bangsa.
- Memiliki ijazah formal.
mantab pak
BalasHapusMerkur Futur Adjustable Double Edge Safety Razor - Matte
BalasHapusA chrome titanium mesh finished, fully adjustable titanium cerakote and double-edge razor. A very convenient and convenient way price of titanium to keep your safety razor in titanium nitride coating service near me the titanium chords best shape and